Laman

Sabtu, 13 Agustus 2011

Keadaan Hormon Masa Remaja


Masa remaja adalah masa peralihan yang membuat sebagian besar orang mengalami krisis mental yang sangat labil. Ketidakseimbangan hormon adalah penyebabnya. Jangan dulu senewen lihat remaja yang labil karena memang hormonnya sedang tidak mau diganggu.
Saat remaja terjadi perubahan hormon yang drastis yang membuat gejolak di dalam tubuhnya. Perubahan hormon yang belum stabil ini membuat remaja gampang mengalami krisis mental yang berdampak besar pada mood (suasana hati) dan perilaku remaja.Sekarang ini, gejala ketidakseimbangan hormon pada remaja menjadi sangat umum. Hal ini disebabkan beberapa alasan yang menyebabkan hormonal pasang dan surut secara drastis.
Remaja saat ini lebih banyak terkena bahan kimia dibandingkan remaja zaman dulu, bahkan hingga ratusan bahan kimia. Bahan kimia ini tidak hanya berasal dari lingkungan yang tercemar, tetapi juga sebagai pengawet, pewarna makanan serta bumbu makanan dan minuman.
Bahan kimia juga hadir dalam bentuk pestisida pada buah-buahan dan sayuran, plastik, produk kecantikan, dan lainnya, yang masuk ke sistem tubuh sehingga menyebabkan banyak masalah hormonal. Remaja sekarang cenderung lebih sukan makan junk food daripada harus makan makanan seimbang dan makanan segar.
Penyebab lain gejala ketidakseimbangan hormon pada remaja adalah stres. Dengan tekanan yang ada di rumah, persaingan di sekolah dan persaingan antar teman membuat remaja berada di bawah tekanan dan stres. Stres ini menyebabkan naik turunnya sekresi hormon dalam tubuh remaja, yang akhirnya menyebabkan ketidakseimbangan.
Stres juga menempatkan tekanan tambahan pada kelenjar adrenal yang mengatur hormon dalam tubuh. Kelenjar ini terganggu oleh tingkat stres yang menyebabkan ketidakseimbangan hormon. Ketidakseimbangan ini menyebabkan beberapa masalah emosional serta fisik lainnya yang berkaitan dengan hormon pada remaja.
Apa jadinya bila hormon remaja tidak seimbang?
Kelenjar adrenal menghasilkan sejumlah besar kortisol yang menurunkan produksi progesteron. Hal ini menyebabkan retensi lemak yang menyebabkan banyak remaja mendapatkan berat badan berlebih dan meningkatkan peluang obesitas remaja.
Salah satu gejala ketidakseimbangan hormon yang paling umum pada remaja adalah mudah tersinggung. Gejalanya mencakup beberapa perubahan perilaku serta fisik pada remaja. Gejala ini hilang setelah tubuh menyesuaikan perubahan hormon tersebut. Namun, jika gejala-gejala ketidakseimbangan hormon pada remaja terus terjadi untuk waktu yang lama, maka diperlukan perhatian medis.
Gejala lain bila remaja mengalami ketidakseimbangan hormon adalah sebagai berikut:

1.Sering sakit kepala dan migrain 


2.Depresi, kebingungan, kecemasan dan pikiran ingin bunuh diri 


3.Sakit punggung

4.Serangan asma

5.Perut kembung

6.Kram perut

7.Sikap agresif dan mudah marah

8.Jerawat

9.Emosi naik turun

10.Mual

11.Kejang

12.Masalah sinus

13.Memar

14.Perubahan gairah seks

15.Pola tidur berlebihan, insomnia kelelahan dan lesu

16.Suka makan makanan yang garam dan manis.


Apa yang harus dilakukan?
Bila ketidakseimbangan hormon terjadi dalam waktu lama, bisa dilakukan terapi hormon. Hormon progesteron dapat sangat meningkatkan keseimbangan hormon secara keseluruhan. Progesteron membantu menyeimbangkan pengaruh ketidakseimbangan hormon, dan memiliki efek menenangkan pada sistem saraf.


Selain terapi hormon, ada beberapa hal yang juga harus diperhatikan bila remaja menunjukkan gejala ketidakseimbangan hormon, yaitu: 


1.Makan dengan pola makan seimbang, kurangi junk food dan mulailah hari dengan sarapan sehat

2.Banyak minum air putih

3.Kurangi minum soda dan minuman yang manis-manis

4.Rutin olahraga

5.Mendapatkan sinar matahari yang cukup pada tubuh setiap hari, terutama sinar matahari pagi sebelum jam 10 dan sore setelah jam 3.

6.Tidur yang cukup dengan ruangan yang gelap. Matikan televisi, komputer dan gadget sebelum tidur.

7.Perhatikan bahan kimia yang terdapat pada produk perawatan pribadi, seperti untuk perawatan kulit dan rambut

8.Waspada terhadap bahaya klorin dan fluoride

9.Cobalah untuk tidak makan atau minum dari kemasan plastik

10.Tidak merokok, minum alkohol atau menggunakan obat-obatan terlarang

11.Dukungan penuh dari keluarga sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan hormon remaja

Laporan praktikum pemisahan dan pemurnian


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

      Cara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud, dan sifat komponen yang tekandung didalamya. Jika komponen penyusun campuran berwujud padat dan cair misalnya pasir dan air, dapat dipisahkan dengan saringan. Saringan ada bermacam-macam jenisnya, mulai yang berpori besar sampai dengan yang sangat halus. Contohnya kertas saring dan selaput (membran) semipermeabel. Kertas saring dipakai untuk memisahkan endapan dari pelarut (larutan). Selaput semipemeabel dipakai untuk memisahkan suatu koloid dari pelarutnya.
      Ada beberapa yang lazim digunakan untuk memisahkan dan memurnikan campuran dari pengotornya antara lain : ekstraksi, kristalisasi dan rekristalisasi, kromatografi, destilasi.
      A. Ekstraksi
      Cara ini banyak digunakan dalam pemisahan dan didasarkan pada kelarutan suatu zat dalam suatu zat pelarut dibandingkan dengan pelarut yang lain . Kedalam suatu campuran ditambahkan pelarut yang mempunyai kemampuan melarutkan lebih besar dalam melarutkan senyawa yang dinginkan , tetapi pelarut ini tidak bercampur dengan pelarut sebelumnya .
      Misalnya campuran dua komponen (misal A dan B) dimasukan kedalam pelarut X dan Y . Syaratnya kedua pelarut ini tidak dapat bercampur , seperti air dan minyak semuanya dimasukan kedalam corong pipa yang dikocok agar bercampur sempurna dan kemudian didiamkan sampai pelarut X dan Y mamisah kembali . Kini zat A dan B berada dalam kedua pelarut X dan Y tetapi perbandinganya tidak sama . Jika pemisahan dilakukan berulang-ulang maka A dan B akan terpisah makin sempurna.
      Sering kali campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis. Misalnya saja karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah. Dalam hal semacam itu, sering kali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi antara lain: tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut dan tipe pelarut.
      Ekstraksi dapat dilakukan berulang-ulang untuk kesempurnaan ekstraksi. Kemudian pelarut yang bersangkutan dipisahkan dengan destilasi. Ekstraksi dapat dilakukan terhadap zat padat maupun zat cair.
B. Kristalisasi dan Rekristalisasi
      Kristalisasi merupakan proses untuk mmperoleh padatan dari larutannya melalui proses penguapan . Untuk lebih memurnikan padatan yang diperoleh dapat dilakukan rekristalisasi dengan menggunakan pelarut yang sesuai .
      Teknik pemisahan dengan rekristalisasi berdasarkan perbedaan titik beku komponenya . Perbedaan itu harus cukup besar dan sebaiknya komponen yang dipisahkan berwujud padat dan yang lainnya cair pada suhu kamar . Contohnya garam dapat dipisahkan dari air karena garam merupaan padatan . Air garam bila dipanaskan perlahan dalam bejana terbuka , maka air akan menguap sedikit . Pemanasan dihentikan saat larutan tepat jenuh .Jika dibiarkan akhirnya terbentuk kristal garam secara perlahan-lahan.
C. Kromatografi
      Kromatografi merupakan cara paling modern dalam pemisahan dan pemurnian . Cara ini didasarkan pada perbedaan kemampuan fase gerak untuk mmbawa zat larut dalam fase diam . Tiap-tiap zat larut mempunyai laju yang berbeda dalam fase diam terhadap fase gerak yang sama.
      Pada kromatografi, komponen-komponenya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.
      Cara ini dipakai jika campuran tidak dapat dipisahkan dengan cara lain .Cairan atau pelarut yang membawa komponen bergerak disebut eluen atau fase bergerak sedangkan padatan yang menyerap komponen disebut adsorben atau fase tetap.
      Komponen yang diserap paling kuat oleh adsorben akan mengalir paling lambat dan sebaliknya yang diserap paling lemah akan mengalir paling cepat. Semakin lama [roses mengalir semakin jauh jarak antara komponen dan semakin sempurna pemisahan. Komponen dapat dipisahkan dari komponen lain dengan mendorong adsorben keluar dan dipotong berdasarkan komponennya. Komponen dapat dipisahkan dari pelarut dengan teknik destilasi atau rekristalisasi.
      Berdasarkan jenisnya kromatografi dapat dibagi menjadi empat cara, yaitu kromatografi kolom, kertas, lempeng tipis, dan gas. Kromatografi kolom adalah kromatografi yang adsorbennya dimasukkan kedalam tabung kaca. Adsorben tersebut berupa padatan dalam bentuk tepung. Setelah pemisahan, masing-masing komponen terdapat di daerah tertentu dalam tabung. Kromatografi kertas adalah jenis kromatografi yang menggunakan kertas sebagai adsorbennya dan zat cair sebagai eluennya. Campuran komponen diteteskan pada kertas kromatografi dengan pipet kecil kemudian kertas terus dicelupkan dengan hati-hati, sampai garis yang dibuat sebelumya tidak terbenam. Kertas digantung supaya stabil dan dibiarkan agar eluennya naik perlahan sambil membawa komponen yang terdapat pada kertas. Akhirnya akan terlihat komponen yang terpisah satu sama lain karena perbedaan daya serap kertas.
D. Destilasi
      Destilasi adalah proses memisahkan dua atau lebih komponen cairan yang mempunyai titik didih berbeda . Cara ini didasarkan pada perbedaan titik didih komponen-komponennya,dimana komponen yang mempunyai titik didih lebih rendah akan terpisah lebih dahulu. Destilasi sering digunakan dalam proses isolasi komponen, pemekatan larutan, dan juga pemurnian komponen cair. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap atau terpisah lebih dahulu . Misalnya untuk memisahkan dan memurnikan etanol dari air digunakan destilasi, dimana etanol mempunyai titik didih 780C akan menguap dam mengembun setelah mengalami pendinginan. 
      Proses destilasi didahului dengan penguapan senyawa cair dengan pemanasan dengan dilanjutkan dengan pengembunan uap yang terbentuk dan ditampung dalam wadah yang terpisah untuk mendapatkan distilat. Dasar proses destilasi adalah dasar kesetimbangan senyawa volatil antara fase cair dan fase uap.
      Pemisahan menggunakan destilasi  sederhana seringkali tidak memuaskan karena metode tersebut dikembangkan dengan suatu kolom fraksinasi diantara labu didih (labu bundar) dan kleisen (still head) dalam perangkat destilasi.
      Pengaruh dari penambahan kolom fraksinasi akan mempersingkat beberapa pekerjaan pemisahan dari destilasi biasa hanya menjadi satu pekerjaan. Metode baru ini dikenal sebagai destilasi fraksional (pada pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi), kolom fraksinasi mengandung beberapa plate yang setiap plate ekuvalen dengan satu kali destilasi biasa. Semakin banyak plate semakin baik suatu pemisahan komponen.
      Destilasi terhadap dua campuran senyawa organic dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut : setelah pengotor dengan titik didih yang lebih rendah ditampung di dalam labu penerima, labu penerima harus segera diganti dengan yang baru untuk destilat senyawa dengan titik didih dengan yang lebih tinggi.
      Bila campuran mengandung lebih dari dua, maka penguapan dan pengembunan dilakukan bertahap sesuai dengan jumlah komponen, dimulai dari titik didih yang lebih rendah. Akan tetapi, pemiasahan campuran ini sulit dan biasanya hasil yang didapat sedikit tercampur komponen lain yang titik didihnya saling berdekatan.
BAB III
METODE DAN TEKNIK

       I.            Alat dan bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :


1.      Alat destilasi
2.      5 buah gelas kimia
3.      1 buah gelas ukur
4.      Hotplate
5.      1 buah penjepit kayu
6.      1 buah pipet tetes
7.      1 buah rak tabung reaksi
8.      3 buah tabung reaksi
9.      1 buah spatula

10.  1 buah corong
11.  1 buah batang pengaduk
12.  1 buah cawan penguapan
13.  1 buah kaca arloji
14.  Neraca digital
15.  1 buah penggaris




Bahan-bahan yang diperlukan dalam pecobaan ini adalah :


1.      5 gram CuSO4
2.      Kristal I2
3.      7,5 ml KI
4.      4 ml heksana
5.      Air (akuades)
6.      Methanol
7.      2 gram garam dapur kotor

8.      3 buah kertas kromatografi
9.      4 buah kertas saring
10.  3 buah spidol warna (hitam, biru, dengan hijau)
11.  Lidi



    II.            Prosedur kerja
A.    Ekstraksi
Pada percobaan ini dipelajari bagaiman pemisahan I2 dari larutannya dengan pelarut heksana:
1.      Mengambil 3 tabung reaksi dan memberi label I, II, III.
2.      Mengisi tabung reaksi I dengan 7,5 ml larutan KI dan menambahkan sebutir Kristal I2, mengocok larutan hingga larut dan mengamati warna larutannya.
3.      Memindahkan 5 ml larutan dari tabung I ke dalam tabung II, menambahkan 2 ml heksana dan mengocok, mendiamkan sampai terbentuk 2 lapisan, mengamati warna larutan yang terjadi. Membandingkan warna larutan bagian atas dari tabung II dengan warna larutan dari tabung I .
4.      Memindahkan lagi separuh separuh dari larutan bagian atas tabung II kedalam tabung III, menambahkan lagi 2 ml heksana, mengocok dan mendiamkan, mengamati warna larutan yang terjadi, membandingkan dengan tabung II.
5.      Menyimpulkan percobaan

B.     Kristalisasi dan rekristalisasi
Pada percobaan ini akan mempelajari bagaimana memperoleh garam dapur bersih dari garam dapur kotordan memurnikan CuSO4 melalui kristalisasi dan rekristalisasi.
1.      Melarutkan 25 gram garam dapur kotor kedalam 10 ml aquades dalam gelas kimia (jika belum larut menambahkan air).
2.      Menyaring larutan garam tersebut beberapa kali dengan kertas saring (membasahi kertas saring sebelum digunakan). Menguapkan filtratnya hingga kering.
3.      Membandingkan kristal garam dengan garam sebelumnya.
4.      Melarutka 5 gram CuSO4 dengan 25 ml aquades. Menguapkan larutan hingga volumenya kurang dari 15 ml, menyaring dan mendinginkan sampai terbentuk Kristal. (jika pada pendinginan ini belum terbentuk Kristal, maka mendiamkan selama 1 malam).
5.      Membandingkan Kristal yang terbentuk dengan Kristal sebelumnya.

C.     Kromatografi
Pada percobaan ini akan melihat bagaimana komponen warna dari spidol dipisahkan dengan kromatografi.
1.      Mengukur 1 cm dari kertas kromatografi , dan menotolkan spidol yang tersedia.
2.      Menjepit ujung kertas yang lain dengan lidi.
3.      Mencelupkan kertas sedemikian , hingga totolan spidol tidak terendam air, dan melakukan kromatografi hingga pelarut mencapai ujung kertas.
4.      Mengamati pemisahan warna yang terjadi.

D.    Destilasi
1.      Merangkai alat destilasi.
2.      Memasang alat destilasi pada kondensor dan meletakkan di atas pemanas (hotplate).
3.      Memasukkan campuran ethanol dan methanol dengan perbandingan volume 1 : 2 pada labu didih (labu bundar).
4.      Memanaskan alat destilasi dengan kondensor.
5.      Mengalirkan air akuades pada alat destilasi.
6.      Mengatur secara cermat suhu campuran.
7.      Mengamati larutan yang terlabih dahulu menetes pada labu penerima (labu destilat) dan mencatat suhunnya.
8.      Memasukkan dalam lembar pengamatan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pengamatan
A. Ekstraksi
Tabung
Perlakuan
Hasil Pengamatan
I


II




III
7,5 ml KI + sebutir Kristal I2, dikocok, diamati warnanya.

5 ml larutan tabung I + 2 ml heksana, dikocok, didiamkan, diamati, dibandingkan pada tabung I.


Seperempat larutan dari tabung II + 2 ml heksana, dikocok, didiamkan, dibandingkan dengan tabung II.
Larutan berwarna merah.


Setelah dibandingkan warna larutan tabung I lebih tua daripada warna larutan tabung II.


Setelah dibandingkan warna larutan tabung II lebih tua daripada larutan tabung III.



B. Kristalisasi dan Rekristalisasi
     1. Garam dapur kotor
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.


2.


3.


4.
Mencampurkan 2 gram garam kotor + 10 ml air.

Menyaring larutan dengan kertas saring beberapa kali.

Menguapkan larutan garam (filtrat) hingga terbentuk kembali kristal garam.

Membandingkan Kristal garam yang terbentuk dengan Kristal garam sebelumya (garam kotor).

Larutan garam terlihat keruh.


Larutan  garam terlihat lebih jernih.


Terbentuk Kristal garam yang lebih bersih daripada Kristal garam sebelumnya.

Kristal garam yang disaring dan diuapkan lebih bersih dan lebih halus daripada Kristal garam sebelumnya (garam kotor).

     2. Kristal CuSO4
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.

2.


3.
Melarutkan 5 gram CuSO4 + 25 ml air.

Menguapkan larutan CuSO4 hingga volumenya kurang dari 15 ml.

Menyaring larutan CuSO4 dengan kertas saring hingga beberapa kali.

Larutan terlihat berwarna biru muda.

Warna larutan berubah menjadi biru tua keruh setelah dipanaskan.

Terdapat Kristal CuSO4 pada kertas saring yang warnanya lebih tua (biru tua) daripada Kristal CuSO4 sebelumnya.

C. Kromatografi
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.


2.


3.



4.


5.


6.



7.


8.
Mengukur kertas saring 1 cm dari ujung kertas.

Menotolkan spidol warna biru di tengah-tengah garis.

Mengisi gelas kimia dengan akudes secukupnya, tidak melebihi 1 cm.


Menjepit kertas saring yang sudah ditotoli spidol dengan lidi.

Memasukkan kertas saring ke dalam gelas kimia.

Mengulangi perlakuan 1-5 dengan kertas saring, spidol, dan gelas kimia yang berbeda.

Mendiamkan kertas saring hingga akuades merembes naik.

Mengamati dan mengukur pemisahan warna yang terjadi pada kertas saring.








                       



 



Akuades meresap di kertas saring dan mulai mengenai totolan spidol.

Mengamati perubahan yang terjadi.



Terjadi penguraian warna.


·      biru menjadi ungu (9 cm), biru muda (9,9 cm)
·      Hijau menjadi kuning (9,7 cm), hijau (10,1 cm), biru muda (10,5 cm)
·      Kuning menjadi kuning (11 cm)
·      Merah menjadi merah muda (8,5 cm), merah (9,2 cm), jingga (9,5 cm), kuning (10 cm)

2. Pembahasan
A. Ekstraksi
                Ekstraksi adalah teknik pemisahan dan pemurnian yang didasarkan pada kelarutan suatu zat dalam pelarut yang mempunyai kemampuan melarutkan lebih besar dalam melarutkan senyawa yang diinginkan dan pelarut ini tidak bercampur dengan pelarut yang sebelumnya.
                   Adapun syarat-syarat pelarut untuk ekstraksi antara lain :
1.      Beda polaritas antara solvent (pelarut) dan solute (zat terlarut) kecil.
2.      Titik didih rendah.
3.      Mudah menguap.
4.      Tidak berbahaya, tidak beracun, tidak mudah meledak atau terbakar.
5.      Inert, atau tidak bereaksi dengan solute (zat terlarut).
              Pada percobaan 7,5 ml larutan KI ditambah Kristal I2, dan campuran dari keduanya ini menghasilkan larutan berwarna. Sebagian dari larutan ini (5 ml) dicampur dengan pelarut yang lain yaitu heksana. Ketika kedua bahan ini dicampurkan, tidak terbentuk dua lapisan yaitu lapisan pelarut dan zat terlarut. Akan tetapi warna larutan berubah menjadi merah yang lebih tua daripada larutan tabung I. kemudian seperempat larutan dari tabung II ini ditambahkan lagi dengan 2 ml hksana dan warna larutan menjadi lebih tua lagi daripada larutan tabung II. Hal ini terjadi karena konsentrasi heksana dalam larutan semakin tiggi sehingga prose ekstraksi ini dapat terjadi dengan baik.
    Yang perlu diperhatikan lagi dalam proses ekstraksi adalah apabila kita ingin melakukan ekstraksi, terlebih dahulu kita harus mengetahui sifat-sifat pelarut yang kita pakai. Apabila suatu pelarut bersifat polar maka pelarut lainnya harus bersifat non polar, begitu pula sebaliknya. Hal ini bertujuan agar kedua pelarut tidak bercampur menjadi satu.
B. Kristalisasi dan Rekristalisasi
      Pada percobaan mengenai pemisahan dan pemurnian dengan cara kristalisasi dan rekristalisasi dengan melarutkan 2 gram garam dapur kotor dalam 10 ml air sehingga terbentuk larutan garam yang berwarna keruh. Larutan garam ini disaring dengan kertas saring beberapa kali. Pada kertas saring terlihat pengotor (residu) yang telah terpisah dari larutan garam, sehingga larutan garam hasil penyaringan (filtrat) tampak lebih jernih daripada sebelumnya. Filtrat ini kemudian diuapkan hingga kering dengan pemanas (hot plate) dan pada akhirnya terbentuk kembali Kristal garam yang lebih bersih dan lebih halus daripada Kristal garam sebelumnya (garam kotor). Pada dasarnya proses ini bertujuan untuk memperoleh padatan (Kristal garam) dari larutan melalui proses penguapan berdasarkan perbedaan titik beku Kristal garam yang larut dalam air dapat dipisahkan dengan air yang merupakan pelarutnya.
       Dalam hal ini dapat dilihat bahwa pada proses penyaringan larutan garam sangat menentukan hasil akhir dari proses pemurnian garam ini sendiri yaitu dengan cara kristalisasi dan rekristalisasi. Larutan garam yang telah melalui proses penyaringan (filtrasi), penguapan (rekristalisasi), hingga terbentuk kembali Kristal garam murni yang bebas dari pengotor.
     Pada percobaan kedua, yaitu dengan melarutkan 5 gram CuSO4 dalam 25 ml air sehingga terbentuk larutan CuSO4 yang berwarna biru muda. Larutan ini kemudian diuapkan dengan menggunakan pemanas (hot plate) hingga volume yang tersisa kurang dari 15 ml. Ketika proses pemanasan ini, warna larutan berubah menjadi biru tua dan agak keruh. Kemudian larutan ini disaring beberapa kali dengan kertas saring hingga terbentuk kembali Kristal CuSO4 yang warnanya lebih tua daripada Kristal CuSO4 sebelumnya.
    Dalam proses pemurnian Kristal CuSO4 ini, proses penyaringan dan penguapan larutannya sangat menetukan hasil akhir dari pembentukan kembali Kristal CuSO4 itu sendiri. Kedua proses ini dilakukan untuk menghilangkan pengotor sehingga pada akhirnya akan terbentuk Kristal CuSO4 yang murni.
C. Kromatografi 
   Pada percobaan mengenai pemisahan dan pemurnian dengan cara kromatografi yaitu dengan menggunakan kertas kromatografi yang sebelumnya telah diberi totolan spidol dengan jarak 1 cm dari ujung kertas kromatografi. Kemudian kertas ini dicelupkan ke dalam air sedemikian hingga totolan spidol tidak terendam air.
     Ketika air mulai diserap oleh kertas kromatografi dan naik mengenai totolan spidol, maka warna spidol itu terurai menjadi komponen-komponen warna penyusunnya. Kemudian kertasnya dikeringkan, setelah kering dilakukan pengukuran panjang penguraian warnanya. 
    Pada totolan spidol warna biru terurai menjadi warna ungu dengan panjang 9  cm, biru muda dengan panjang 9,9 cm. Pada totolan spidol warna hijau terurai menjadi warna kuning dengan panjang 9,7 cm, hijau dengan panjang 10,1 cm, dan biru muda dengan panjang 10,5 cm. Pada totolan spidol warna kuning terurai menjadi warna kuning saja dengan panjang 11 cm. Dan pada totolan terakhir, yaitu pada warna merah terurai menjadi warna  merah muda dengan panjang 8,5 cm, merah dengan panjang 9,2 cm, jingga dengan panjang 9,5 cm, dan kuning dengan panjang 10 cm.
      Dalam hal ini dapat dilihat perbedaan-perbedaan panjang penguraian komponen warna. Ini terjadi karena perbedaan kemampuan fase gerak (air) membawa zat terlarut (komponen warna) dalam fase diam (kertas kromatografi). Pemisahan komponen-komponen warna ini juga disebabkan oleh perbedaan daya serapnya pada kertas. Disini juga terlihat bahwa komponen-komponen warna akan terpisah satu sama lain berdasarkan daya serapnya pada kertas. Percobaan ini membuktikan bahwa sebuah warna mempunyai komponen-komponen warna penyusunnya yang lain. Penguraian warna ini terjadi sebagai akibat dari proses pemurnian dengan kromatografi.
D. Destilasi 
        Pada percobaan mengenai pemisahan dan pemurnian dengan cara destilasi yaitu dengan mencampurkan ethanol dan methanol dengan perbandingan volume 1 : 2, dengan sebelumnya terlebih dahulu telah dipersiapkan perangkaian alat destilasi. Kemudian campuran ethanol dengan methanol dimasukkan ke dalam labu didih (labu destilasi atau labu bundar) dan kemudia dipanaskan dengan pemanas (hot plate) dan air juga mulai dialirkan melalui selang pipa kondensor.
      Dengan mengatur suhu secara cermat, pada saat suhu campuran mencapai 640C, methanol akan mulai menguap (titik didih methanol sama dengan 640C) dan uapnya akan mengalir pada pipa kondensor, kemudian mengalami pengembunan hingga akhirnya terbentuk methanol murni di dalam labu penerima (labu destilat). Proses ini akan terus berlangsung hingga methanol habis dalam campuran dan yang tersisa di dalam labu didih hanya ethanol (titik didih air sama dengan 780C).
            Apabila kita juga menginginkan pemurnian ethanol, maka gantilah labu penyaringan (labu destilat) dengan yang baru atau dengan memindahkan  methanol murni yang telah terbentuk ke tempat lain sehingga labu destilatnya dapat kembali digunakan untuk proses pemurnian. Ethanol yang tertinggal dalam labu didih terus dipanaskan hingga suhunya melebihi 640C (titik didih methanol) dan tepat mencapai 780C sehingga terjadi penguapan. Uap ethanol akan mengalir melalui pipa kondensor dan mengalami pengembunan sehingga akhirnya terbentuklah ethanol murni hasil destilasi yang tertampung di dalam labu destilat.
            Pada proses destilasi campuran methanol dan ethanol, methanol lebih dahulu menguap dan terbentuk di dalam labu penerima. Hal ini terjadi karena titik didih methanol (640C) jauh lebih rendah daripada titik didih ethanol (780C) sehingga methanol lebih dahulu mengalami penguapan.
            Pada saat proses destilasi, penangas minyak sangat diperlukan karena berfungsi menjaga suhu campuran ethanol dan methanol tetap stabil.


BAB V
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dan pengamatan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.  Destilasi adalah teknik pemisahan dan pemurnian yang didasarkan pada perbedaan titik didih komponen-komponen cairnya. Komponen yang memiliki titik didih yang lebih rendah akan mengalami proses penguapan terlebih dahulu.
2.  Pada proses destilasi campuran ethanol dan methanol dengan perbandingan 1 : 2, methanol dengan titik didih 640C terlebih dahulu mengalami penguapan daripada ethanol yang memiliki titik didih 780C, sehingga pada akhirnya terbentuk methanol murni sebagai hasil dari destilasi ini.
3.    Kristalisasi dan rekristalisasi adalah teknik pemisahan dan pemurnian yang didasarkan pada perbedaan titik beku komponen-komponennya yang melalui proses penguapan, sehingga diperoleh padatan dari larutan.
4.      Pada proses kristalisasi dan rekristalisasi garam dapur kotor, terbentuk Kristal garam murni yang lebih bersih (bebas dari pengotor) dan lebih halus setelah mengalami proses penyaringan (filtrasi) dan penguapan.
5.       Pada proses kristalisasi dan rekristalisasi CuSO4, terbentuk kristal CuSO4 murni yang warnanya lebih tua daripada sebelumnya dan bebas dari pengotor setelah mengalami proses penyaringan (filtrasi) dan penguapan.
6.      Kromatografi adalah teknik pemisahan dan pemurnian yang didasarkan pada perbedaan kemampuan fase gerak untuk membawa zat terlarut dalam fase diam.
7.        Pada proses kromatografi spidol warna, terlihat perbedaan panjang penguraian warna biru menjadi ungu 9 cm, dan biru muda 9,9 cm. Hijau menjadi kuning 9,7 cm, hijau 10,1 cm, biru muda10,5. Kuning menjadi kuning saja 11 cm, dan merah menjadi merah muda 8,5 cm, merah 9,2 cm, jingga 9,5 cm, dan kuning 10 cm. Perbedaan panjang penguraian warna ini disebabkan oleh perbedaan kemampuan fase gerak (air) untuk membawa zat terlarut (komponen warna) dalam fase diam (kertas kromatografi).
8.    Sebuah warna tersusun dari beberapa komponen-komponen warna lainnya.
9.      Ekstraksi adalah teknik pemisahan dan pemurnian yang didasarkan pada kelarutan suatu zat dalam pelarut yang mempunyai kemampuan melarutkan lebih besar dalam melarutkan senyawa yang diinginkan.
10 Pada proses ekstraksi kristal I2, tidak terbentuk dua lapisan pelarut dan zat terlarut, karena pelarut yang pertama (larutan KI) dan pelarut yang kedua (heksana) bercampur menjadi satu. Akan tetapi warna larutan berubah menjadi merah. Hal ini terjadi karena konsentrasi heksana dalam larutan semakin tinggi dan proses ekstraksi yang berjalan dengan baik.
11 Antara pelarut yang satu dengan yang lainnya dalam proses ekstraksi harus memliki jenis polaritas yang berbeda agar keduanya tidak bercampur menjadi satu. Apabila pelarut yang satu bersifat polar maka pelarut yang lainnya harus bersifat non polar.